Suatu hari di pusat bebelanjaan Samarinda, di tengah lalu lalang orang lewat ada sekelompok orang dengan seragam dengan tanda khusus menghadang orang lewat dengan ucapan permisi minta waktunya.
Meminta waktu untuk menjelaskan dengan ramah tentang program kemanusiaan lengkap dengan foto-foto si penerima bantuan.
Ketika kita mempersilahkan waktu kita, dengan cekatan mereka menerangkan dari yang sederhana hingga obrolan serius berintikan Sumbangan.
Dari awal pembicara seiklasnya hingga berujung pada nominal tertentu dengan sitem autodebet.
Ketika Anda yakin dan memang tidak mengganggu keuangan sah-sah saja, dan menjadi rumit jika suatu hari nanti menjadikan permasalahan semisal menyesal.
Dan anda harus pikirkan ketika anda membatalkan, betapa muka yang ramah si peminta sumbangan berubah menjadi masam.
Contoh kedua:
Ketika melihat orang dengan membawa kotak amal bertuliskan yayasan atau pembangunan tempat ibadah, tanpa mengucap suatu kata hanya menyodorkan saja, lebih -lebih kalau di tanya tidak bisa berkata.
Ketika terjadi bencana, ormas dipersimpan jalan dengah menggelar musik dan posko dengan petugasnya nyamperin para pengguna jalan.
Bahkan kalangan mahasiswa ataupun siswapun dengan giat melakukan hal yang sama, untuk mengumpulkan dana.
Mungkin anda juga pernah mengalami di tengah jalan di pasang drum dan tanda khusus untuk mencari dana pembangunan tempat ibadah, dan pengguna jalanpun mau tak tidak mau memperlambat perjalanan.
Atau mungkin anda pernah belanja di sebuah toko ketika uang kembalian bernominal rupiahan alias seratus atau dua ratus perak, casier dengan ramah menawarkan donasi.
Mungkin juga disebuah persimpangan lampu merah, pernah kita melihat anak-anak jalanan mengulurkan tanganya tanda permintaan.
Menyikapi Pada Peminta Sumbangan.
Ada sebuah perda yang mengatur memberi kepada pengemis akan dikenakan denda, bukan pada peminta sumbangan tertentu yang pastinya ada izin dari pemerintah.
Dirumah warga atau tempat usaha terkadang juga ada sebuah stiker bertuliskan,
"Tidak menerima sumbangan kecuali lapor kepada RT".
Ketika kita bepergian yang terjadi banyak kita temui peminta sumbangan di jalan atau tempat keramaian, dan kita tidak tahu persis apakah itu resmi atau tidak, bahkan sekedar seorang pengemis jalanan.
Disinilah kita harus bijak dalam menyikapi permintaan sumbangan:,
- Secara visual kita bisa melihat keadaan peminta.
- kalau ada kelebihan biar se-rupiah pun tidak menjadi masalah untuk menghindari celaan si peminta atau menghargai yang lagi berjuang untuk sumbangan misalnya sebuah bencana.
- Jika menolak , tolaklah dengan ramah.
- Jangan terlalu kwatir dengan apa yang telah di berikan kepada si peminta sumbangan, ini artinya kita telah melepaskan tanggungjawab untuk harta itu.
- Jika masih ragu datanglah pada badan badan resmi.
Beramal lewat badan- badan resmi seperti BAZNAS, LAZISMU yang ada itu memudahkan setiap orang yang ingin berAmal, tetapi peduli kepada apa yang kita lihat langsung juga perlu.